Senin, 06 Desember 2010

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Dekan: 
Prof. Dr. Bahtiar Effendy
Wakil Dekan: 
Dr. Hendro Prasetyo, MA


Program Studi:

1. Hubungan Internasional

Visi:
Sejalan dengan Visi dan Misi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Hubungan Internasional menempatkan diri sebagai pelopor (avant-grade) pembuka wawasan dan penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian, penyebarluasan informasi dan pengabdian masyarakat di bidang ilmu hubungan internasional, yang diarahkan pada terwujudnya tujuan nasional berbangsa dan bernegara.

Misi:

Menyelenggarakan program pendidikan dan pengajaran dibidang Hubungan Internasional untuk jenjang Sarjana (SI), Magister (S2) dan Doktoral (S3) dengan penekanan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), berupa keseimbangan antara teori dan praktek, antara pengetahuan akademis dan kemampuan professional, serta meningkatkan wawasan yang mempadukan pemikiran yang berkembang di dunia baik yang berasal dari barat maupun dari dunia islam mengenai hubungan internasional, sehingga merupakan bekal yang berharga bagi peserta didik.

Program Studi Hubungan Internasional mulai dibuka pada tahun akademik 2005/2006. Prodi ini memperoleh ijin berdiri berdasarkan SK Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional No. DJ.II/243/2006 tertanggal 11 Juli 2006. Prodi Hubungan Internasional bertujuan menyiapkan sarjana yang menempatkan dirinya sebagai pembuka wawasan dan cakrawala dunia internasional yang diarahkan pada terwujudnya tujuan nasional berbangsa dan bernegara.

Kurikulum yang digunakan prodi ini mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Tujuanya untuk memacu mahasiswa agar tak hanya mengembangkan pengetahuan dan keilmuan tentang Hubungan Internasional semata, tetapi juga memiliki kemampuan dan pengalaman praktis yang siap bekerja di lembaga pemerintah dan non-pemerintah baik nasional maupun internasional.

Penyelenggaraan pendidikan Prodi Hubungan Internasional berorientasi pada tuntutan global, yaitu kecenderungan berkembangnya hubungan ekonomi politik internasional dan hubungan politik strategi internasional. Untuk menjawab tuntutan tersebut, maka prodi ini menyediakan tiga peminatan kurikulum pendidikan, yaitu ekonomi politik internasional, pengkajian strategi internasional, dan diplomasi. Kajian strategis ini diperkuat dengan nilai-nilai keislaman sehingga lulusannya tidak hanya memiliki skill dan keilmuan, tapi juga spiritualitas yang kuat.


2. Hubungan Internasional (Kelas Internasional)


3. Ilmu Politik 

Secara umum, Program Studi ini bertujuan untuk ikut serta mengembangkan ilmu-ilmu sosial yang ter-padu dengan ilmu-ilmu agama dalam suatu disiplin ilmu politik. Secara khusus, Program Studi ini ditujukan untuk menghasilkan sarjana Muslim yang memiliki keahlian dalam bidang pemikiran politik dalam Islam yang berkaitan dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah, Indonesia, dan negara-negara minor-itas Muslim. Program Studi ini memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengembangkan bakat dan keahlian dalam bidang pemikiran politik Islam.

Mata Kuliah Keahlian yang diberikan meliputi: Pengantar Ilmu Politik, Sejarah Pemikiran Islam, Islam Klasik dan Pertengahan, Tema Pemikiran Politik Islam, Pemikiran Politik Barat, Hak Azasi Manusia di Dunia Barat dan Islam, Pemikiran dan Gerakan Politik Islam Modern, Indonesia dan Hubungan Internasional, Etika Politik, Pemerintahan Negara-negara Islam, Metodo-logi Penelitian Ilmu Politik, Pemikiran dan Gerakan Politik Islam di Indonesia, Filsafat Politik Islam, Masya-rakat Madani, Sistem Politik Indonesia, Sistem Politik Negara ASEAN, dan Politik Minoritas Muslim.


4. Sosiologi 

Secara umum, Program Studi Sosiologi bertujuan ikut serta mengembangkan ilmu-ilmu sosial yang terpadu dengan ilmu-ilmu agama dalam suatu disiplin ilmu sosiologi agama. Secara khusus, Program Studi ini bertujuan menghasilkan sarjana Muslim yang memiliki keahlian dalam bidang ilmu-ilmu sosial keagamaan, khususnya bidang penelitian fenomena sosial keagamaan dan mampu memecahkan persoalan-persoalan yang ditimbulkannya.

Mata kuliah Keahlian Program Studi ini antara lain : Pengantar Sosiologi Agama, Metode Penelitian Sosial, Teori Sosiologi Klasik, Teori Sosiologi Modern, Pendekatan Sosial Atas Agama, Analisis Sosial Masya-rakat Islam, Antropologi Agama, Gerakan-gerakan Keagamaan Baru, Agama dan Masalah Mayoritas-Minoritas, Sosiologi Pembangunan, Pengembangan Komunitas, Sosiologi Masyarakat Muslim Kawasan.

Minggu, 05 Desember 2010

FISIP UIN Beri Penghargaan Tiga Pemikir

JAKARTA- pada 14 Desember 2009, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah menganugerahi cendekiawan Nurcholis Madjid, sejarahwan Harun Nasution,dan pengamat politik Fachry Ali Penghargaan FISIP 2009. Ketiganya dinilai telah memberikan kontribusi pemikiran dalam pendekatan ilmu-ilmu sosial dan studi keagamaan Indonesia.

"Mereka melakukan terobosan penting dalam pemikiran keislaman dan kemodernan di Indonesia. Melalui ketiganya kalau saya boleh klaim politik Islam kontemporer lahir di Ciputat," terang Dekan FISIP UIN Bahtiar Effendy,di auditorium UIN,Senin (14/12).

Bahtiar merinci, Harun layak mendapat penghargaan karena sikapnya yang rasionalis dan memberikan ruang bagi penafsiran-penafsiran tentang ajaran Islam. Sedangkan Nurcholish dan Fachry Ali terbukti mengaplikasikan ilmu-ilmu sosial dalam melihat berbagai peristiwa yang menyangkut posisi sosial, keagamaan dan politik umat Islam di Indonesia.

Menteri Agama Suryadharma Ali pun memberikan apresiasinya. Menurutnya,ketiga tokoh tersebut mewakili tiga generasi garis keislaman Indonesia. "Penghargaan ini bukti bahwa tokoh-tokoh tersebut memang diakui dan diterima,"imbuh alumni UIN Syarif Hidayatullah ini. Istri Nurcholish Madjid, Omi Komariah mengaku sangat terkesan dengan penghargaan yang diterima almarhum Cak Nur. "Saya berterima kasih pada semua pihak yang masih mengenang Cak Nur," tuturnya.

Rektor UIN Komaruddin Hidayat menyatakan,keberadaan tokoh Islam kontemporer akan membangun citra dan cita Indonesia sebagai negara muslim terbesar. Ia berharap Departemen Agama tampil sebagai pendukungnya dengan memajukan sektor pendidikan. Khususnya UIN di Malang,Jakarta,dan Jogja. "Dengan menonjolkan keunggulan masing-masing,serta pembentukan fakultas baru seperti kedokteran dan psikologi,"pungkas Komaruddin. wulandari/pur

FISIP mengadakan PROPESA


            Untuk dapat bersaing dalam lingkungan masyarakat, setiap individu diwajibkan untuk memiliki suatu kemampuan dan kecerdasan. Maka dari itu, kita dituntut untuk menimba ilmu pada jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan informal. Sejak dini, seharusnya setiap individu telah memulai untuk menimba ilmu, yakni sejak jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

            Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA, kita dipilihkan pada dua pilihan, yaitu langsung terjun mencari pekerjaan atau ingin melanjutkan ke bangku kuliah terlebih dahulu. Dengan masuk ke dalam dunia perkuliahan, maka mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan yang lebih, baik secara konseptual, intelektual maupun secara praktek. Dalam dunia perkuliahan mahasiswa pun mengalami suatu penentuan arah untuk memutuskan tujuan nantinya.

            Dalam masa transisi dari SMA ke bangku kuliah, diperlukan adanya proses pengenalan yang akan memberikan pemberitahuan mengenai dunia kampus. Sehingga proses pengenalan itu dapat berguna sebagai penunjuk. Maka Program Pengenalan Studi dan Almamater (PROPESA) di lihat sangat penting sebagai suatu pembukaan bagi mahasiswa baru dalam memasuki lingkungan kampus.

            Kegiatan Propesa ini diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM-FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010-2011 pada hari sabtu dan minggu, 2 - 3 Oktober 2010. Kegiatan Propesa ini ditujukan untuk seluruh mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010 - 2011 yang berjumlah empat ratus mahasiswa/i. (FRM)

Sabtu, 04 Desember 2010

UIN Jakarta Sediakan 66 Formasi CPNS Baru

Ruang Sidang Utama, UIN Online – UIN Jakarta menyediakan sedikitnya 66 formasi dalam penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk tahun anggaran 2010. Formasi itu meliputi 52 orang untuk tenaga dosen dan 14 orang sisanya tenaga administratif.
Dalam rapat panitia penentuan penerimaan CPNS di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat, Jumat (22/10), Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (BAUK) Drs Abd Shomad MA menyatakan formasi tersebut terbuka untuk seluruh warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan, baik sarjana lulusan S-1 maupun S-2. “Meski formasi tahun ini banyak disediakan bagi pelamar lulusan bidang keilmuan umum dan dengan rata-rata satu formasi, namun kita berharap semua formasi itu dapat terpenuhi sesuai yang diharapkan,” ujarnya.
Menurut dia, tahun lalu jumlah tenaga dosen yang dibutuhkan masih banyak yang belum memenuhi harapan. Apa yang diusulkan berbeda dengan kenyataan karena keputusan final berada di Kementeran Agama. “Mudah-mudahan tahun ini tidak meskipun jumlahnya sedikit,” imbuhnya.
Dalam penerimaan CPNS 2010, calon pelamar wajib memenuhi persyaratan sesuai ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama RI. Syarat-syarat calon di antaranya lulusan S-2 bagi pelamar tenaga dosen dan lulusan S-1 untuk pelamar tenaga administratif. Selain itu, usia pelamar serendah-rendahnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 35 tahun pada tanggal 1 Januari 2011. Sementara bagi pelamar yang berusia lebih dari 35 hingga 40 tahun, wajib melampirkan bukti wiyata bakti dengan masa tugas 13 tahun sembilan bulan secara terus menerus, baik pada instansi pemerintah maupun swasta atau yayasan yang berbadan hukum.
“Pendaftaran dilakukan secara online melalui alamat www.kemenag.go.id dengan subdomain cpns.kemenag.go.id. Sementara berkas lamaran dikirim via pos ke PO BOX 95 CPA 15400 paling lambat 3 Nopember 2010 stempel pos,” jelas Abd Shomad. Sedangkan masa penerimaan CPNS dibuka sejak 25 Oktober hingga 3 Nopember 2010.

65 Tahun Kementerian Luar Negeri: Ada Apa Dengan Politik Luar Negeri dan Diplomasi Indonesia?

ditulis oleh Taufik Mulyadi
Penulis adalah Mahasiswa Hubungan Internasional Semester 7; Alumni International Youth Ledership Camp Sydney Australia 2008

Tanggal 19 Agustus 2010 lalu merupakan hari jadi Kementerian Luar Negeri yang ke 65. di usianya yang terus bertambah ini, tantangan bagi politik luar negeri dan diplomasi Indonesia juga senakin bertambah berat. Hal ini merupakan momentum penting bagi Kementerian Luar Negeri untuk mengevaluasi diri dan terus meningkatkan kinerjanya dalam memantapkan politik luar negeri dan diplomasi Indonesia 2010 .

Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba mengkritisi kebijakan kebijakan yang selama ini teah diambil oleh kementerian luar negeri, termasuk mengkritisi sikap dan posisi indonesia terhadap isu isu internasional yang menyangkut kepentingan nasional republik indonesdia. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam menhukur kinerja suatu kementerian atau instansi pemerintah banyak sekali angel / Sudut pandang yang digunakan dalam dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu instansi. .Namun dalam hal ini penulis akan mencoba melihat dari sisi akademis secara lebih objektif dan mengacu pada fakta dan realita yang ada.

Ada beberapa hal yang ingin penulis kritisi, yaitu:

1. Politk luar negeri dan diplomasi Indonesia cenderung lebih reaktif , tidak bersifat preventif, hanya bersifat sporadis dan tidak melihat jauh kedepan (visioner). Beberapa kebijakan yang cenderung dinilai sangat reaktif adalah tentang cultural diplomacy.beberapa tahun belakangan ini banyak terjadi claim kebudayaan dari negara negara tetangga yang memasukkan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari national image mereka.

Dengan serta merta sejak saat itu Kementerian Luar Negeri barulah gencar melakukan cultural diplomacy di perwakilan RI di seluruh dunia sebagai bagian dari fungsi perwakilan yaitu promoting( melakukan promosi). Selain itu, kebijakan untuk mematenkan beberapa kebudayaan indonesia ke UNESCO ( seperti batik yang sudah dipatenkan d UNESCO) juga dianggap sebagai kebijakan yang sangat reaktif. Memang bahwa kebudayaan tidak hanya harus dipatenkan , tapi juga harus dilestarikan oleh warganya sendiri. Namun kebijakan kebijkan Kemlu diatas rupanya dianggap kurang sejalan dengan prinsip poltik luar negeri indonesia yang bebas aktif , bukan reaktif atau  sporadis

2. Takeline dari Menteri Luar Negeri yaitu Millions Of Friends And Zero Enemy mengindikasikan bahwa selama ini memang Polugri bersifat pragmatis, selalu cari aman dan tidak mau ambil resiko. Sebagai bangsa besar& sesuai dengan visi Polugri seperti yang diamnatkan Presiden RI bahwa Indonesia harus menjadi negara yang disegani didunia. Dalam hal ini, mau tidak mau Indonesia harus mengimplementasikan Polugri yang tegas, lugas, dan harus berani mengambil resiko.

Beberapa contoh kasus lagi lagi dengan negeri tetangga. Kasus Ambalat yang sudah berulang kali terjadi, penyiksaan TKI, dan terakhir adalah tentang penangkapan petugas Departemen Kelautan dan Perikanan oleh tetntara diraja malaysia. Dari beberapa kasusu diatas, banyak pihak ( dari Komisi I DPR, LSM dan akademisi , pers serta mahasiswa) yang merasa geram dan menyayangkan sikap pemerintah (khsusunya Kemlu) yang dianggap tidak tegas dalam menghadapi kasus kasus tersebut. Kasus lain yang menimbulkan kontroversi adalah posisi Indonesia sebagai non permanent member di Dewan Kemanan PBB yang mengambil posisi abstain dalam resolusi nuklir Iran, sehingga menyebabakan DPR melakukan hak interpelasi.

Meski Indonesia tidak menggunakan hardpower dalam Polugri nya, namun seharusnya indonesia mempunyai sikap tegas dan konkret, tidak ambigu dan klise yang penuh dengan pertimbangan dalam membawa kepentingan nasional nya dalam pergaulan internasional.

3.Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) tahun 2009 melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri merupakan salah satu Kementerian yang dinilai tidak efisisen dan akuntabel dalam penggunaan anggrannya. Salah satu kasus yang terjadi adalah kasus korupsi tiket perjalan dinas Diplomat ke Luar negeri yang diklaim merugikan negara +- 5 mulyar. Dan yang paling memeprihatinkan adalah kasus ini juga melibatakan petinggi Kementerian Luar Negeri yaitu Sekjen Kemlu saat itu. Selain itu juga terjadi korupsi di beberapa KBRI seperti korupsi renovasi KBRI Singapura dan KBRI Bangkok, Thailand. Hal diatas menjadi tantangan berat bagi Menlu Marty untuk terus melakukan proses “Benah Diri “ seperti yang telah dicanangkan oleh pendahulunya Dr. Hassan Wirajuda.

4.Redefinisi politik luar negeri bebas aktif indonesia. Selama ini in donesia memang cukup aktif dalam pelaksanaan Polugri nya, seperti selalu aktif dalam forum forum dan organisasi organisasi internasional. Namun indonesia juga mengkalkulasi kembali cost and benefit dari keikusertaan nya dalam Organisai Internasional. Hampir semua oganisasi internasional diikuti indonesia dan tentu itu membutuhkanCost yang cukup besar, sehingga indonesia harus mendapatkan benefit yang setara dalam keikutsertaannya tersebut. Karena faktanya, indonesia terkesan hanya aktif ikut dalam OI, tanpa mampu mengambil benefit yang maksimal bagi kepentingan nasional Indonesia

5.membumikan diplomat indonesia ( down to earth) . Hal-hal diatas perrnah saya sampaikan kepada salah satu pejabat esselon II Kemlu d sebuah seminar, namun sayangnya semua hal diatas ditampik, (bahkan penulis dianggap menjelek-jelekkan bangsa sendiri) .Ironis memang, tetapi bukannya penulis tidak mengapresiasi prestasi anak bangsa sendiri, tetapi satu hal yang menjadi kunci suskes sebuah bangsa adalah mau melakukan otokritik( kritik terhadap diri sendiri). Karena faktanya , kehidupan diplomat yang lama tinggal di luar negeri membuatnya sulit untuk mendapat sorotan dari pers ataupun civil society(Akademisi, LSM & mahasiswa)

Selain itu, adigium yang melekat pada diri sorang diplomat dengan 3L yaituAlkohoL, ProtokoL dan KolestroL serta kehidupan glamour dan mewah di luar negeri dengan imunitas / kekebalan diplomatik serta berbagai fasilitas dan keistimewaan diplomatik ( Diplomatic Privillages, facilities and immunities)plus penghasilan yang mencapai ribuan dollar Amerika per bulan ( jauh melebihi gaji PNS di departemen lain) sedikit banyak telah membuat para diplomat sulit untuk merasakan kondidi real masyarakat (grass root) di dalam negerinya sendiri. Sebagai contoh kasus yang palin sering kita temui, bahwa beberapa perwakilan kita di negara negara penerima TKI cenderung kurang aktif dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada para TKI kita di Luar Negeri.

Padahal mereka adalah para pahlawan Devisa yang harus dilindungi dan dilayani dengan baik. Bagaimanapun juga status seorang diplomat adalah sebagai PNS dan abdi negara yang gaji nya dibiayai rakyat, sehingga totalitas seorang diplomat harus sepenuhnya diabdikan pada bangsa dan negara.

Dari semua yang sudah dipaparkan diatas merupakan Pekerjaan rumah yang cukup berat bagi Menlu Marty Natalegawa untuk terus meningkatkan dan memantapkan Politik Luar Negeri dan Diplomasi Indonesia 2010. Dan d usianya yang ke 65 ini merupakan momentum yang tepat sesuai dengan semangat reformasi dan demokratisasi Indonesia yang mengacu pada Good Governance dan Clean Government.

Kedepan , seiring dengan semakin dinamis dan kompleks nya tantangan global, maka diharapkan partsispasi aktif seluruh elemen bangsa termasuk akademisi , pers, dan mahasiswa untuk terus mengawal dan  mengkritisi posisi dan kebijakan indonesia serta politik luar negeri dan diplomasi berdasarkan kepentingan nasional Indonesia.

"Salahkan Pemuda Itu"

Ditulis oleh Irdia Bushori (Mahasiswa Ilmu Politik semester 9) 

Dalam orasi ilmiah mengenai "Peran Pemuda dalam Pembangunan Bangsa" yang diselenggarakan oleh salah satu BEM Jurusan di Jakarta. yang turut di hadiri oleh praktisi, pemerhati, teoritisi serta pengamat dalam berbagai disiplin ilmu


persiapan acara yang terpola serta tertata dengan rapi, semua berjalan lancar sesuai jadwal. setingan tempat, pembicara, deadline waktu, konsumsi serta berbagai hal yang berhubungan dengan keberlangsungan diskusi ilmiah tersebut.


Maka orasipun dimulai 

"Pemuda merupakan tulang punggung Bangsa di kemudian hari, karena di pundaknyalah maju dan mundurnya umat dan bangsa ini dipertaruhkan, maka sudah selayaknya pemuda di berikan ruang serta akses seluas-luasnya untuk mengeksplorasi potensi-potensinya dengan segmentasi yang optimal dan terarah" (tukas salah satu pembicara)


("Ya betul saya sepakat") Tanggap pembicara yang lain" jaminan pendidikan berupa beasiswa, program pendidikan formal dan non-formal serta elemen-elemen terkait seperti infrastruktur, media pendidikan yang baik, akses informasi dan pemerataan kualitas pendidik yang diamanatkan oleh undang-undang menjadi justifikasi konstitusional bagi tiap pemuda untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya dan Negara lewat perangkat-perangkatnya (Pemerintah Pusat dan Daerah) memiliki kewajiban dalam hal itu dan ketika tidak di jalankan maka pemerintah telah mengkhianati amanat konstitusi" (tegas pembicara ini, sambil menatap penuh emosi yang tertahan)


di tengah pemaparan yang serius dan tak jarang berapi-api, pembicara yang lain di persilahkan oleh panelis untuk memeberikan pemaparannya..sambil menarik nafas panjang... kemudian ia lepaskan perlahan.. ("terimakasih") dan memang hanya itu ungkapan yang keluar dari bibirnya..sontak para peserta orasi ilmiah mengernyitkan dahinya..sang panelispun kembali mempersilahkan pembicara yang satu ini untuk memaparkan ide serta gagasannya, dan ia pun kembali melakukan hal yang serupa..


("ah ni pembicara ga serius nih") kesal salah satu peserta orasi ilmiah (bukankah dia sosok pemerhati yang sangat vokal dan kritis saat berbicara fenomena sosial?. dia juga kan alumni terbaik dari universitas luar negeri. riwayat pendidikan dan organisasinyapun tak perlu lagi di pertanyakan, huff... padahal dia yang membuat saya rela ga' kuliah padahal di kampus lagi UTS) "peluh seorang peserta asal depok kepada teman sebelahnya dengan kecewa".. 


sang panelispun terdiam karena ulah sang pembicara..dan ketika sang panelis akan mempersilahkan sang pembicara yang lain untuk memaparkan ide serta gagasannya..



pembicara yang membuat peserta bertanya-tanya pun angkat bicara ('maaf sebelumnya kepada para perwakilan BEM Se Jabodetabek" saya sudah hampir 20 tahun memberikan pemaparan tentang ide serta gagasan mengenai pemuda, kepemudaan dan hal-hal yang terkait dengan pembahasan tentang pemuda, sudah sangat banyak bahkan tak terhitung rasanya, dari mulai pembekalan dalam loka karya,orasi ilmiah, workshop pemuda&kepemimpinan, seminar nasional, diskusi ilmiah, dialog publik bahkan sampai debat yang tak berkesudahan, saya lakoni dengan 1 keyakinan bahwa pasti ada hasil yang mampu di petik. satu, dua atau bahkan 10 sampai 20 pemuda pastinya memahami apa yang saya paparkan pada agenda-agenda yang telah mereka percayakan. saya sebagai narasumbernya)


(tarikan nafas panjang saya mengisyaratkan betapa sulitnya bangsa ini berkembang bahkan mampu bersaing dengan bangsa lain jika instrumen-instrumen pokoknya seperti Pemerintah Pusat dan Daerah lewat dinas terkait tidak memahami atau bahkan menutup mata akan pentingnya pendidikan dan peran pemuda dalam pola pembangunan, baik dalam skala mikro ataupun makro, karena sejatinya fenomena sosial yang terjadi dalam realitas bermasyarakat kita hari ini tak lepas hanya pada kewajiban Negara, kenapa..? karena setiap individu kita pun memiliki andil serta tanggung jawab moril bagi terciptanya iklim yang diharapkan terkait arah bangsa ini kedepan. LSM, ORMAS, OKP, Partai Politik dan unsur-unsur civil society yang lain pun memiliki kewajiban yang sama, karena fungsi dan peran civil society selain sebagai social control juga memiliki fungsi sebagai agregator&problem solver atas berbagai problematika sosial yang melingkupi masyarakat kita hari ini.. atas dasar itulah keluhan-keluhan serta pekikan akan tangis kelaparan dan buta huruf mampu terselesaikan, hanya kepedulian sosial yang kuat dan mendasar atas niat baik serta tulus dengan hanya megharap kebaikan-Nya lah yang mampu menghapus berbagai keterpurukan yang ada pada tiap sudut penjuru negeri ini.. hanya atas prinsip untuk selalu berusaha menjadi yang paling bermanfaat untuk yang lainlah kita mampu menjalin solidaritas sosial akan identitas kebangsaan.


(Maaf sekali lagi para peserta, saya hanya ingin berbagi pengalaman saja, semua pada akhirnya kembali kepada diri kita masing-masing, sudah banyak contoh pemuda yang berlatar belakang kondisi ekonomi menengah kebawah tapi mampu meraih cita serta harapannya, mungkin saya salah satunya, semua pasti ada jalannya saat semangat besar berpadu dengan keyakinan dan usaha yang kuat untuk mencapainya, negara hanya fasilitator atau pemanis saja, "wong kita ga butuh negara ko (pemerintah Pusat dan Daerah)


kalimat akhir sang pembicara ini kembali membuat tanda tanya, kontroversi serta multi interpretatif.. (maaf) sela sang panelis "Maksudnya negara hanya fasilitator dan kita ga butuh negara (pemerintah pusat dan daerah) apa ya?


Jawabannya singkat saja, tegas sang pembicara ini "NEGARA (Pemerintah Pusat/Daerah) Ada Karena ada Rakyat"


sontak bergemuruh aula tempat orasi ilmiah tersebut.. sambut-menyambut tepuk tangan tak henti layaknya sambutan kicauan burung menanti terbitnya sang fajar.


"huff.. memang bapak yang satu ini selalu membuat kita terus berdialektika untuk melanjutkan ungkapannya agar di jadikan bahan diskusi"... (tersenyum sambil menggelengkan kepala salah seorang peserta yang selalu hadir saat sang pembicara ini menjadi narasumber). Keep Respect For Another

Untukmu Noviar Nurdiansyah


karya M. Habib Akbar (Mahasiswa Hubungan Internasional semester 7)


Dan nafas panjangmu telah diambilNya,
ramah sapamu telah direngkuhNya,
juga tawa riangmu telah bersemayam di sisiNya
Dan kenangan akan riangmu jadi teman dlm kejenuhan kami
kejenuhan akan sosok muda dan ceria yg takkan mungkin lagi ada
Selamat jalan Noviar Nurdiansyah,sbg kawan,kekasih,kakak yg penyayang dan anak yg menjadi kebanggaan orang tua,
my beloved friend, semoga Allah menempatkanmu ditempat yg penuh kebaikan
layaknya kebaikan yg terpancar dari caramu memuliakan orang-orang yg kau sayang
Untukmu temanku Noviar Nurdiansyah 07-11-10